I. JUDUL
Kelarutan Intristik Obat
II. TUJUAN
Memperkenalkan konsep dan proses pendukung sistem
kelarutan obat dan menentukan parameter kelarutan zat
III. DASAR TEORI
Mempelajari mengenai kelarutan intristik obat merupakan suatu hal
penting bagi ahli farmasi, sebab dapat membantu dalam memilih medium pelarut
yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi
kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada saat pembuatan larutan
farmasetis, dan lebih jauh lagi, dapat bertindak sebagai standar atau uji
kemurnian. Pengetahuan yang lebih mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat
yang berhubungan dengan kelarutan juga memberikan informasi mengenai struktur
obat dan gaya antar molekul obat.
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan sifat kimia zat
terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH
larutan.
Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam
kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir
jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi
dibawah konsentrasi yang dibutuhkanuntuk penjenuhan sempurna pada temperatur
tertentu. Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut
dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada temperatur
tertentu.
Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi
zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara
kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat
untuk membentuk dispersi molekuler yang homogen.
Kelarutan dapat digambarkan secara benar dengan menggunakan aturan fase
Gibbs yaitu F = C – P + 2
F
= jumlah derajat kebebasan
C
= jumlah komponen
P
= jumlah fase
Berdasarkan U.S Pharmacopeia dan National Formulary, kelarutan obat adalah
jumlah ml pelarut dimana akan larut 1 gram zat terlarut. Kelarutan secara
kuantitatif juga dinyatakan dalam molalitas, molaritas dan presentase.
Kelarutan gas dalam cairan
Kelarutan gas dalam cairan adalah konsentrasi gas terlarut apabila berada
dalam kesetmbangan dengan gas murni diatas larutan. Kelarutan terutama
bergantung pada tekanan, temperatur, adanya garam, dan reaksi kimia yang
kadang-kadang terjadi antara gas dan pelarut.
Pengaruh tekanan pada kelarutan gas dinyatakan oleh Hukum Henry yang
menyatakan bahwa dalam larutan yang sangat encer, pada temperatur konstan,
konsentrasi gas terlarut sebanding dengan tekanan parsial gas diatas larutan
pada kesetimbangan. Tekanan parsial gas diperolah dengan mengurangi tekanan uap
pelarut dari tekanan uap total diatas larutan pada kesetimbangan.
Temperatur juga mempunyai pengaruh yang nyata pada kelarutan gas dalam
cairan. Apabila temperatur naik, kelarutan gas umumnya turun, disebabkan karena
kecenderungan gas yang besar untuk berekspansi.
Pengusiran garam (salting out) merupakan gejala dimana gas dibebaskan
dari larutan dimana gas tersebut terlarut, karena adanya pemasukan suatu
elektrolit kedalamnya.
Reaksi kimia antara gas dan pelarut, umumnya dapat meningkatkan
kelarutan. Hal ini menyebabnkan Hukum Henry hanya berlaku untuk gas-gas yang
hanya larut sedikit dalam larutan dan tidak bereaksi didalam pelarut.
Kelarutan cairan dalam cairan
Kelarutan cairan dapat digolongkan menjadi dua, atas dasar ada atau
tidaknya penyimpangan terhadap Hukum Raoult. Disebut larutan ideal apabila
kedua komponen larutan biner mengikuti Hukum Raoult untuk semua komposisi, dan
disebut larutan non ideal apabila kedua komponen larutan biner mempunyai
penyimpangan terhadap Hukum Raoult.
Penyimpangan negatif mengakibatkan kenaikan kelarutan, dan penyimpangan
positif menyebabkan penurunan kelarutan.
Kelarutan zat padat dalam cairan
Kelarutan zat padat dalam cairan merupakan masalah yang lebih komplek
tetapi paling banyak dijumpai dalam kefarmasian. Asumsi dasar untuk kelarutan
zat padat dalam (sebagai) larutan ideal adalah tergantung pada suhu percobaan
(proses larut), titik lebur solut, dan beda entalpi peleburan molar (△Hf)
solut (yang dianggap sama dengan panas pelarutan molar solut). Hubungan
tersebut yang diturunkan dari hukum-hukum termodinamika dirumuskan oleh
Hildebrand dan Scott sebagai berikut:
-log = ( ) +
= kelarutan ideal zat dalam fraksi mol
△Hf
= beda entalpi peleburan
To =
suhu lebur
T =
suhu percobaan
R =
tetapan gas
Tetapi type larutan ideal ini jarang sekali dijumpai dalam praktek.
Untuk larutan non ideal harus diperhitungkan pula faktor-faktor aktifitas
solute yang koefisienya sebanding dengan volume molar solut dan fraksi volume
solven, parameter kelarutan yang besarnya sama dengan harga akar tekanan dalam
solute dan interaksi antara solven-solut. Dengan demikian persamaan yang paling sederhana untuk larutan non-ideal, dinyatakan
sebagai kelarutan regular oleh Scatchard-Hildebrand sebagai berikut :
-log = ( ) +
= volume molar solut
= parameter kelarutan solven
= parameter kelarutan solut
= fraksi mol
solven
keterbatasan persamaan ini ialah tidak cocok untuk proses-proses yang
didalamnya terjadi solvasi dan asosiasi antara solut dan solven, demikian pula
untuk larutan elektrolit. Persamaan tersebut hanya berlaku apabila dalam
larutan tidak terdapat ikatan lain selain ikatan Van Der Waals.
IV. ALAT
1. Neraca
elektrik
2. Labu
takar
3. Pipet
ukur
4. siring
5. Pipet
tetes
6.
Spektrofotometer UV-VIS
7.
Disolusi tester
8. Gelas
ukur
9. Beker
gelas
V. BAHAN
1. Acidum
acetyl slicylicum (asetosal)
2.
Aquadest
3.
Natrium asetat
4. Asam
asetat
5.
Alkohol 96%
VI. CARA KERJA
1.
Membuat larutan dapar asetat ph 4,5 konsentrasi 0,05 M dengan cara =
·
Menimbang natrium asetat sebanyak 5,98 gram
· Mengambil asam asetat glasial sebanyak
3,32 ml dengan gelas ukur
·
Memasukan natrium asetat kedalam labu takar 2 liter, ditambah asam
asetat glasial, kocok larut, kemudian cukupkan dengan aquadest sampai 2 liter
2.
Membuat kurva baku dengan cara =
·
Menimbang asetosal sebanyak 140 mg
·
Memasukan asetosal kedalam labu takar kemudian menambahkan alkohol 96%
secukupnya, kocok sampai asetosal larut
·
Cukupkan dengan aquadest sampai 50 ml
·
Mengambil larutan stok masing-masing sebanyak 1 ml ; 1,5 ml ; 2 ml ; 2,5
ml ; 3 ml ; 3,5 ml
·
Mengencerkan masing-masing stok dengan larutan dapar asetat ph 4,5
sampai 50 ml
·
Menghitung konsentrasi dari masing-masing stok dengan rumus . = .
·
Mencari absorbansi masing-masing stok dengan menggunakan alat
spektrofotometer UV-VIS
·
Memasukan data konsentrasi dan absorbansi dari masing-masing larutan
stok kedalam tabel kurva baku
3.
Menimbang asetosal untuk sample sebanyak 500 mg
4. Memanaskan
media dapar sampai suhu 27°C
5.
Memasukan acetosal kedalam media dapar setelah suhu yang dimaksudkan
untuk percobaan tercapai
6.
Mengaktifkan pengaduk pada kecepatan 50 rpm selama 15 menit
7.
Mengambil sample pada bagian atas dengan pipet tetes sebanyak 2 ml
8.
Melakukan pengenceran yang pertama dengan cara memasukan 2 ml sample ke
dalam labu takar 10 ml, cukupkan dengan dapar asetat ph 4,5 sampai 10 ml, kocok
homogen, ambil sebanyak 2 ml (hasil pengenceran 1)
9.
Melakukan pengenceran yang kedua dengan cara memasukan 2 ml hasil
pengenceran 1 kedalam labu takar 10 ml, cukupkan dengan dapar asetat ph 4,5
sampai 10 ml (hasil pengenceran 2)
10. Mencari
absorbansi pada λ = 265 dari larutan sample (hasil pengenceran 2) menggunakkan
spektrofotometer UV-VIS
11.
Menghitung konsentrasi dari sample
12.
Mengulangi tahap 3-11 pada suhu percobaan 32°C dan 37°C
VII.
HASIL PRAKTIKUM
A. DATA DAN
PERHITUNGAN
=
=
=
= 0,28 %
§ Konsentrasi
larutan stok 1 ml
. = .
1.0,28 = 50.
= 0,0056
§ Konsentrasi
larutan stok 1,5 ml
. = .
1,5.0,28 = 50.
= 0,0084
§ Konsentrasi
larutan stok 2 ml
. = .
2.0,28 = 50.
= 0,0112
§ Konsentrasi
larutan stok 2,5 ml
. = .
2,5.0,28 = 50.
= 0,014
§ Konsentrasi
larutan stok 3 ml
. = .
3.0,28 = 50.
= 0,0168
§ Konsentrasi
larutan stok 3,5 ml
. = .
3,5.0,28 = 50.
= 0,0196
Tabel kurva baku
konsentrasi
absorbansi
0,0056
0,321
0,0084
0,394
0,0112
0,557
0,014
0,699
0,0168
0,842
0,0196
1,048
A = - 0,0149
B = 52,255
R = 0,994
Persamaan => y = -0,0149 + 52,255 x
Diketahui absorbansi sample pada suhu 27°C = 0,190
Konsentrasi sample pada suhu 27°C
ð y = -0,0149
+ 52,255 x
ð 0,190 =
-0,0149 + 52,255 x
ð 0,190 +
0,0149 = 52,255 x
ð X = = 0,00392
Tabel hasil percobaan
suhu
Konsentrasi / kadar
absorbansi
27°C
0,00392
0,190
32°C
0,00157
0,068
37°C
0,000821
0,028
B. GRAFIK
VIII.
PEMBAHASAN
Acidum acetyl salicylicum atau sering di sebut asetosal merupakan bahan
obat yang mempunyai khasiat analgetikum antipiretikum, dan juga kardiovaskuler
dalam dosis rendah. Asetosal mengandung tidak kurang dari 99.5% (BM : 180,2), dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan. Kelarutanya agak sukar larut dalam air (10 mg/mL (20 °C)),
mudah larut dalam etanol 95% P, larut dalam kloroform P dan eter P. Asetosal
memiliki titik didih 140 °C, titik lebur 138 0C – 140 0C, dan berat jenis 1.40
g/cm³. Pemerian asetosal berupa hablur putih, umumnya seperti jarum atau
lempengan tersusun, atau serbuk hablur
putih; tidak berbau atau berbau lemah. Stabil di udara kering; di dalam udara
lembab secara bertahap terhidrolisa
menjadi asam salisilat dan asam asetat. Berdasarkan hasil percobaan, menunjukan
bahwa asetosal merupakan zat padat yang bersifat eksoterm yaitu zat padat yang
berkurang kelarutannya jika suhunya dinaikan.
Karena suatu larutan jenuh yang berhubungan dengan kelebihan solut
membentuk kesetimbangan dinamik, maka bilamana sistem tersebut di ganggu, efek
gangguan tersebut dapat diramalkan berdasarkan kaidah le chatelier. Perubahan
temperatur merupakan salah satu gangguan. Kita tahu bahwa kenaikan temperatur
menyebabkan posisi kesetimbangan bergeser kearah yang akan mengabsorbsi
panas.karena, kalau solut tambahan yang ingin melarut dalam larutan jenuh harus
mengabsorbsi energi, maka kelarutan zat tersebut akan bertambah jika temperatur
dinaikan (endoterm). Sebaliknya, jika solut tambahan yang dimasukkan ke dalam
larutan jenuh menimbulkan proses eksotermik, maka solut akan menjadi kurang
larut jika temperatur dinaikkan (eksoterm).
IX. KESIMPULAN
Temperatur / suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan
instristik obat. Untuk zat yang bersifat endoterm, kelarutan akan naik jika
suhu dinaikan, dan untuk zat yang bersifat eksoterm, kelarutan akan turun jika
suhu dinaikan.
sip, gmn klo yg ini, Surya? :)
ReplyDelete